Penulisan
Pura Puncak Penulisan atau dikenal sebagai Pura Tegeh Koripan serta ada juga yang menyebut Pura Pamojan (panah raja) adalah salah satu pura tertua di Bali.Lebih dikenal sebagai Pura Puncak Penulisan sebab pura suci ini terletak di puncak Bukit Penulisan dengan ketinggian sekira 1.745 m dpl.Secara administratif, pura yang lebih banyak dikunjungi wisatawan karena daya tarik historisnya ini berada di kawasan Desa Sukawana, Kintamani, Bangli.
Sesuai dengan pura penduduk asli ini, tidak memiliki bentuk bangunan seperti gedong, meru dan sanggaran. Pemimmpin atau pemuput upacara persembahyangan yang dilakukan disini tidak dengan pemangku, pedanda (pendeta) ataupun rsi tapi dengan pemimpin agama tertinggi yaitu Jero Kabayan, di bawah struktur ini ada Jero Kubahu, Jero Singgukan, Jero Penakohan, Jero Pengelanan dan baru ada Kelian Desa.
Lokasi Pura Puncak Penulisan memang lebih tinggi dari gunung dan danau Batur, untuk menuju pura, anda harus menaiki puluhan anak tangga, berada di ketinngian tentu disguhi pemandangan yang menarik dengan suasana alam yang sejuk, asri dan penuh ketenangan, pura yang merupakan peninggalan yang bercorak Bali asli ini memiliki nilai agama, budaya dan sejarah yang tinggi. Pura Puncak penulisan terdiri dari 5 buah komplek pura, yaitu pura Dana, pura Taman Dana, pura Ratu Penyarikan, puri Daha dan pura panarajon.
Pura Puncak Penulisan adalah pura yang bercorak asli Bali age atau Bali mula. Hal tersebut karena bentuknya tidak seperti pura Bali umumnya sebagai hasil akulturasi dengan kebudayaan Jawa yang memiliki sanggaran, meru dan gedong. Oleh karena itulah, Pura Puncak Penulisan dinyatakan sebagai “asli” Bali. Usia pura ini bahkan belum dapat ditelusuri secara pasti sehingga memang sangat bernilai bagi budaya, agama, dan sejarah Bali. Pada zaman dahulu pura ini digunakan untuk bersemedi para raja di sekitarnya sekaligus sebagai representasi sebuah kehidupan yang teguh (tegeh kauripan).
Berada pada puncak Bukit Penulisan dengan titik yang lebih tinggi dari Gunung Batur dan Danau Batur membuat pura ini menjadi tempat dengan pemandangan Gunung Batur dan sekitarnya dari sisi yang berbeda, yaitu tampak atas. Tentu saja, panorama alam nan megah tersebut bukan satu-satunya suguhan yang menjadi daya tarik pura yang serupa situs megalitikum ini. Berada di pura yang fungsi utamanya sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa (sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Kuasa), Anda akan pula menikmati wisata sejarah Hindu Bali.
Sejaran Pura Penulisan
Pada zaman Prasejarah, Pucak Tegeh sudah menjadi tempat yang disucikan secara spiritual pada peradaban orang Bali Mula sebagai landasan keyakinan bahwa gunung merupakan bentuk tempat suci untuk memuja roh leluhur yang telah disucikan. Empat puncak yang disucikan yaitu Puncak Panarajon tempat Mpu Panarajon, Puncak Penulisan tempat tiga bikcu, Puncak Datwa tempat Ratu datwa dan yang paling tinggi disebut Puncak Tegeh yang belakangan dikenal Tegeh Koripan tempat memuja roh leluhur raja yang telah disucikan. Dari ketinggian 1745 m dari permukaan air laut, Pura Pucak Tegeh sudah menjadi tempat pemujaan dari zaman Megalithikum sampai zaman sejarah dijelaskan pada Prasasti Sukawana tahun 804 caka ditulis perkenan raja bagi biksu Ciwa Kangsita, Ciwa Nirmala dan Ciwa Prajna untuk mendirikan tempat suci dan sastra di bukit Kintamani. Dari ketiga Biksu yang beralihan Ciwa sudah bisa dipastikan di pucak tegeh dijadikan tempat suci untuk memuja Dewa Ciwa yang merupakan raja dewa seperti di India. Sehingga banyak bukti artepak Ciwa dalam bentuk lingga, Brahma Bhaga dan Ciwa Bhaga serta berkembang lingga kembar dan beberapa meniatur candi sebagai bentuk pemujaan Ciwa dari abad ke IX sampai saat ini.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTl_eUUm_4P024Ln7QAta8m8nOeR3_ZsVYIZ7DvVrApG-b4mDqF3fXN0I8_gSpT3RNGqnwKam-vvOCJBXKgn3aSHiEoWAOArZVOiue-S9gLL4XDZNjRwo5utqAGSseuAXSQ6vqRecKxqhN/s1600/gyg.jpg)
Aspek Historis
Pura ini memiliki nilai historis yang tinggi dan beberapa keunikan yang membuatnya berbeda dengan pura lainnya sehingga karenanya banyak orang yang ingin mengunjunginya. Bentuk bangunan pura ini memiliki dua konsep yakni konsep yang pertama diambil dari masa pra-sejarah dimana bisa terlihat dengan jelas terutama dari struktur bangunannya yang bertingkat. Dan konsep yang kedua ialah pembangunan pura ini yang mencapai 7 tingkat dengan tingkat pertama dan kedua dihubungkan dengan tangga.
Sedangkan di tingkat ke-3 terdapat Pura Dana dan Pura Taman Dana, di tingkat ke-4 terdapat Pura Ratu Panyarikan sedang ditingkat ke-6 terdapat Pura Ratu Dahatua, terakhir di puncak ke-7 adalah puncak pura terdapat pelinggih tempat pemujaan Pengaruman, Piyasan dan Gedong sebagai tempat menyimpan benda-benda purbakala.
Soal pembuatan pura ini belum jelas, namun berdasar pada beberapa peninggalan yang ada diperkirakan pembangunan dimulai pada tahun 300 M (jaman perunggu) dan dilanjutkan pada abad ke-10 sampai berakhirnya kekuasaan Majapahit tahun 1343 M. Sebagian besar mata pencaharian penduduk sekitar pura ini adalah sebagai petani.
PELINGGIH-PELINGGIH
YANG TERDAPAT DI PURA PUCAK PENULISAN
Pada Tingkat Ketiga ( Swah Loka )
Di Pura Dana dan
Pura Taman Dana ini terdapat beberapa pelinggih, yaitu Pelinggih Ratu Ngurah Kubayan, Pelinggih Ratu Bujangga, dan Pelinggih Taman Dana.
Pada Tingkat Keempat
( Maya Loka )
Pura Ratu Penyarikan
Pura Ratu Penyarikan
Pada Tingkat Keenam
( Tapa Loka )
Pura Ratu Daha Tua
Pada Tingkat Ketujuh ( Sunya Loka )
Pura Tegeh Koripan
Peta Menuju Daerah Penulisan
Terima kasih banyak!
BalasHapus